TBC (Tuberkulosis)

Serba-Serbi TBC - Tuberkulosis

Daftar Isi

Apa itu Tuberkulosis

Tuberkulosis atau TBC adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyebaran infeksi bakteri dapat melalui penghirupan percikan ludah yang keluar saat batuk atau bersin dari penderita. 

Umumnya, tuberkulosis menyerang organ paru-paru namun tidak menutup kemungkinan bisa berdampak pada anggota tubuh yang lain seperti tulang belakang, kelenjar perut, dan sistem saraf. TBC yang menyerang paru-paru adalah jenis yang paling menular.

TBC termasuk penyakit yang serius, namun bisa disembuhkan apabila diobati dengan antibiotik yang tepat. Pengobatan TBC dapat dilakukan dengan mengonsumsi antibiotik selama enam hingga sembilan bulan. 

Butuh rekomendasi, buat janji dokter atau cek kisaran biaya?​

Pakai layanan gratis Smarter Health.

Penyebab Tuberkulosis

TBC disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis

Cara penularan TBC hampir mirip dengan flu atau batuk, namun dibutuhkan kontak yang dekat dan interaksi dengan waktu yang cukup lama. Misalnya orang yang tinggal satu rumah dengan penderita TBC berisiko tinggi tertular penyakit TBC. 

Namun, seseorang sukar tertular TBC jika hanya duduk bersebelahan di dalam bus atau kereta. 

TBC Laten dan TBC Aktif

Kasus penularan TBC pada orang dengan kondisi tubuh sehat, sistem kekebalan tubuhnya akan membunuh bakteri sehingga bakteri tetap berada di dalam tubuh namun tidak menyebar ke seluruh tubuh. Kondisi ini dikenal dengan TBC laten. 

Seseorang yang menderita TBC laten tidak bisa menularkannya ke orang lain. Anak-anak dan penderita TBC di luar paru-paru juga tidak menularkan infeksi. 

Saat kondisi tubuh sedang lemah, bakteri bisa berubah menjadi aktif sehingga menyebar ke seluruh tubuh diikuti dengan gejala yang berkembang dalam beberapa minggu dan bulan. Biasanya kasus seperti ini dapat terjadi pada penderita AIDS.

Kelompok yang Paling Berisiko Tertular TBC

Siapa saja bisa tertular TBC, tetapi ada beberapa kelompok yang memiliki risiko tinggi tertular penyakit TBC, yaitu:

  • Orang yang tinggal di daerah dengan tingkat TBC yang tinggi,
  • Orang yang sering kontak langsung dengan penderita TBC,
  • Tinggal di lingkungan kumuh serta padat penduduk,
  • Orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh lemah, misalnya penderita HIV,
  • Orang yang sedang mengalami perawatan yang melemahkan sistem kekebalan tubuh, misalnya pasien kemoterapi,
  • Anak-anak dan orang tua,
  • Orang yang memiliki gaya hidup tidak sehat, seperti perokok, pengguna narkoba, penyalahgunaan alkohol, serta tunawisma.

Konsultasi Dokter tentang Tuberkulosis

Sebelum dilakukan tes, dokter akan menanyakan keluhan dan riwayat penyakit pasien. Beberapa tes akan dilakukan untuk mendiagnosis TBC, tergantung pada jenis TBC yang dicurigai. Selanjutnya, biasanya dokter umum akan merujuk pasien yang diduga mengalami TBC ke dokter spesialis penyakit dalam atau dokter spesialis paru-paru untuk dilakukan pengujian dan perawatan.

TBC Paru

Untuk mendiagnosis TBC yang mempengaruhi paru-paru, dibutuhkan beberapa pemeriksaan. Awalnya pasien akan diminta untuk melakukan rontgen dada guna menemukan bagian paru-paru yang menunjukkan adanya infeksi TBC. Sampel dahak juga akan sering diambil dan diperiksa untuk menunjukkan ada tidaknya bakteri yang menyebabkan infeksi TBC.

TBC Ekstra Paru

Penyakit TBC ekstra paru adalah jenis TBC yang menyerang organ tubuh di luar paru-paru, contohnya seperti TBC kelenjar, tulang belakang, dan usus. Beberapa tes dapat dilakukan untuk mendiagnosis penyakit ini, diantaranya:

  • CT scan atau MRI scan pada organ tubuh yang diduga terkena infeksi TBC,
  • Pemeriksaan endoskopi,
  • Tes urin dan tes darah,
  • Biopsi.

Pasien mungkin juga akan disarankan menjalani pungsi lumbal, yaitu tindakan medis yang dilakukan untuk mengambil sampel kecil cairan di daerah tulang belakang. Cairan tersebut dikenal dengan nama cairan serebrospinal (CSF) yang berfungsi untuk menjaga tekanan di otak. Sampel tersebut diperiksa untuk melihat apakah TBC sudah menginfeksi otak dan sumsum tulang belakang. 

Tes untuk Penderita TBC Laten

Seseorang perlu menjalani tes TBC apabila telah melakukan kontak langsung dengan jarak dekat dan waktu yang cukup lama dengan penderita TBC paru-paru. Atau bisa juga pada kasus seseorang yang baru saja menghabiskan waktu di suatu tempat yang memiliki tingkat TBC tinggi. 

Tes Mantoux

Tes Mantoux adalah tes yang digunakan untuk mendiagnosis TBC laten. Tes ini dilakukan dengan cara menyuntikkan sejumlah zat kecil yang disebut dengan PPD Tuberculin ke kulit lengan pasien. Biasa juga disebut dengan tes tuberkulin (TST).

Pasca penyuntikan akan terbentuk benjolan kecil di permukaan kulit. Jika pasien terinfeksi TBC laten, maka benjolan tersebut akan mengalami perubahan ukuran menjadi lebih besar dan berkembang di sekitar area penyuntikan. Dokter akan memantau ukuran benjolan dalam waktu 48 hingga 72 jam setelah tes dilakukan. Jika tidak terjadi perubahan ukuran benjolan, maka hasil tes bisa dikatakan negatif.

Tes IGRA

Interferon Gamma Release Assay (IGRA) adalah pemeriksaan darah yang dilakukan untuk membantu mendiagnosis TBC laten. Tes IGRA dapat dilakukan, apabila:

  • Pasien memiliki hasil tes Mantoux positif,
  • Pasien baru saja menjalani vaksin BCG sehingga hasil tes Mantoux tidak reliabel,
  • Pasien baru saja mengunjungi daerah dengan tingkat TBC yang tinggi,
  • Pasien sedang menjalani perawatan sistem kekebalan tubuh,
  • Pasien adalah petugas kesehatan yang merawat penderita TBC aktif.

Pendapat Dokter Kedua (Second Opinion)

Untuk memastikan penyakit yang diderita, pasien berhak untuk mencari pendapat dokter lain (second opinion). Pasien TBC di Indonesia banyak yang melakukan pengobatan TBC di luar negeri seperti Malaysia dan Singapura.

Gejala Tuberkulosis

Gejala umum yang dialami oleh pasien TBC:

  • Nafsu makan berkurang dan diikuti oleh penurunan berat badan,
  • Demam dengan suhu tinggi,
  • Berkeringat pada malam hari,
  • Kelelahan yang ekstrim,

Gejala-gejala tersebut bisa saja terjadi karena beberapa penyebab, tidak selalu merupakan gejala TBC.

Terkadang infeksi TBC tidak menimbulkan gejala apapun. Kondisi ini disebut dengan TBC laten. Kuman TBC bisa bersembunyi di dalam tubuh pasien hingga berubah menjadi TBC aktif dan menularkannya ke orang lain.

TBC Paru

Jenis TBC paru memang dinilai sebagai penyakit yang paling menular dengan gejala sebagai berikut:

  • Batuk persisten yang berlangsung lebih dari tiga minggu, disertai dengan dahak dan terkadang berdarah,
  • Sesak nafas yang semakin hari semakin parah kondisinya.

TBC Ekstra Paru

Infeksi TBC yang berkembang di luar paru dapat menyerang organ tubuh yang lain seperti tulang, sendi, otak, dan kelenjar. Gejalanya dapat termasuk:

  • Kelenjar yang terus membengkak pada kasus TBC kelenjar,
  • Sakit perut pada kasus TBC sistem pencernaan,
  • Sakit pada area sendi pada kasus TBC sendi,
  • Sakit kepala yang berkepanjangan disertai dengan kejang pada kasus TBC otak.

Segera hubungi dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan perawatan yang lebih tepat. 

Cara Mengobati Tuberkulosis

TBC bisa disembuhkan dan jarang sekali berakibat fatal hingga kematian. Pengobatan TBC yang paling utama adalah dengan patuh mengkonsumsi antibiotik selama beberapa bulan, minimal enam bulan. Jika pasien berhenti mengkonsumsi obat sebelum waktu yang dianjurkan, maka penyakit TBC akan berpotensi untuk menjadi kebal terhadap antibiotik yang diberikan. 

Pasien TBC akan diberikan antibiotik yang merupakan gabungan dari isoniazid, rifampicin, pyrazinamide, dan ethambutol. Efek samping dari isoniazid biasanya akan terjadi gangguan fungsi saraf sehingga pasien akan diberikan vitamin B6 untuk mengurangi risiko ini.

Estimasi Biaya Berobat Tuberkulosis

Biaya berobat untuk pasien TBC tergantung dari hasil diagnosis yang diberikan oleh dokter setelah konsultasi.

Mencegah Penyakit Tuberkulosis

Penyakit TBC bisa dicegah dengan melakukan vaksin BCG (Bacillus Calmette-Guerin) yang merupakan salah satu vaksin wajib di Indonesia. Berada di lingkungan yang memiliki angka TBC yang tinggi juga sangat berisiko untuk tertular. Untuk mengurangi risiko tersebut, beberapa hal yang dapat dilakukan adalah:

  • Mengenakan masker saat berada di tempat yang ramai,
  • Selalu mencuci tangan setelah melakukan kontak langsung dengan pasien TBC.

Perawatan Pasien Tuberkulosis

Pada pasien yang menderita TBC akan dilakukan pemberian antibiotik selama kurun waktu tertentu, minimal enam bulan hingga sembilan bulan. Selama pengobatan, pasien juga diharapkan untuk selalu mencegah penularan dengan mengenakan masker atau tisu saat bersin maupun batuk. 

Penting sekali untuk memastikan bahwa tempat tinggal pasien memiliki sirkulasi udara yang baik agar udara segar serta sinar matahari bisa masuk. Selama perawatan, pasien TBC harus rutin menjalani pemeriksaan dahak untuk memantau perkembangan pengobatan hingga berhasil.

Sebarkan info ini:

Tinggalkan komentar