Tardive Dyskinesia

Daftar Isi

Tardive dyskinesia merupakan kondisi medis berupa gerakan yang tidak terkendali pada pada bagian tubuh, khususnya pada wajah. Kondisi ini bisa muncul akibat efek samping dari obat antipsikotik yang biasanya digunakan pada penderita skizofrenia dan gangguan kesehatan mental lainnya.

Saat seseorang terkena tardive dyskinesia, wajah dan beberapa bagian tubuh lainnya mengalami gerakan yang kaku dan tersentak-sentak. Penderita mungkin akan mengedipkan mata secara tiba-tiba, menjulurkan lidah, atau melambaikan tangan tanpa bermaksud melakukannya. 

Tidak seluruh penderita kesehatan mental yang mengonsumsi obat antipsikotik akan menderita tardive dyskinesia. Namun, saat seseorang mulai mengalami gejalanya, tardive dyskinesia yang dialami dapat bersifat permanen. 

Butuh rekomendasi, buat janji dokter atau cek kisaran biaya?​

Pakai layanan gratis Smarter Health.

Penyebab Tardive Dyskinesia

Secara umum, tardive dyskinesia disebabkan oleh konsumsi obat antipsikotik untuk mengobati gangguan kesehatan mental, seperti skizofrenia dan bipolar. Obat jenis ini disebut juga dengan obat neuroleptik. 

Kebanyakan penyakit mental disebabkan oleh kondisi tertentu pada otak. Untuk itu, obat antipsikotik berfungsi untuk memblokir zat kimia pada otak yang disebut dopamin. Pemblokiran dopamin membantu sel untuk berkomunikasi antara satu sama lain dan otot bergerak dengan lebih lancar. Namun, sebagai efek sampingnya, kurangnya zat dopamin pada otak membuat gerakan menjadi tidak terkendali dan tersentak-sentak. 

Tardive dyskinesia tidak akan muncul hanya setelah satu kali mengonsumsi obat antipsikotik. Umumnya, obat jenis ini dianjurkan untuk dikonsumsi selama kurang lebih tiga bulan. Lebih dari tiga bulan, akan muncul efek samping, salah satunya gejala tardive dyskinesia. 

Beberapa obat antipsikotik yang bisa memicu tardive dyskinesia antara lain:

  • Haloperidol
  • Fluphenazine
  • Risperidone
  • Olanzapine

Selain obat antipsikotik, obat-obatan untuk mengobati rasa mual dan gejala perut lainnya juga berpotensi memicu tardive dyskinesia apabila dikonsumsi secara terus menerus melebihi tiga bulan. Obat-obatan itu seperti:

  • Metoclopramide
  • Prochlorperazine

Konsultasi Dokter Spesialis Tentang Tardive Dyskinesia

Diagnosa pasien penderita tardive dyskinesia dilakukan oleh dokter spesialis saraf (neurologi). Gejala penyakit ini cukup sulit untuk dideteksi. Umumnya, gejala berupa gerakan tersentak di luar kendali baru muncul setelah berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun setelah konsumsi obat antipsikotik.

Terkadang, gejala tardive dyskinesia justru baru muncul setelah obat antipsikotik berhenti dikonsumsi. 

Karena jangka waktu terjangkit yang beragam, sulit untuk mendiagnosa apakah obat antipsikotik memang penyebab pasien mengalami gejala tardive dyskinesia. 

Pasien yang mengonsumsi obat antipsikotik perlu melakukan pemeriksaan dengan dokter setidaknya satu tahun sekali untuk memastikan bahwa pasien bebas dari tardive dyskinesia. Pemeriksaan dilakukan dengan tes darah, CT Scan, atau MRI. 

Selain itu, pemeriksaan juga bisa menunjukkan apakah gejala tardive dyskinesia yang dialami pasien memang disebabkan oleh obat antipsikotik, atau justru karena penyakit lainnya, seperti:

  • Cerebral palsy
  • Penyakit hurtington
  • Penyakit parkinson
  • Stroke
  • Sindrom tourette

Gejala Tardive Dyskinesia

Tardive dyskinesia menyebabkan gerakan tubuh yang kaku, tersentak, dan tidak terkendali. Gerakan tersebut meliputi:

  • Dyskinesia orofasial

Dyskinesia orofasial disebut juga dyskinesia oro-bucco-lingual. Jenis ini muncul dengan gejala gerakan tidak terkontrol pada wajah, yaitu di bagian bibir, rahang, atau lidah. 

Ciri gejala dyskinesia orofasial terlihat saat penderita menjulurkan lidah secara tiba-tiba, berkedip dengan cepat, menguyah, menggembungkan pipi, atau mengerutkan bibir.

  • Dyskinesia bagian tubuh

Dyskinesia jenis ini mempengaruhi lengan, kaki, jari tangan, dan jari kaki. Gejalanya berupa jari yang terus bergoyang, kaki yang mengetuk-ngetuk, tangan mengepak-ngepak, dan tubuh bergoyang-goyang dari sisi kiri ke kanan. 

Gerakan tak terkendali pada gejala tardive dyskinesia dapat terjadi secara cepat ataupun lambat. Gejala ini bisa saja membuat penderita kesulitan melakukan aktivitas bekerja dan sulit untuk tetap aktif. 

Cara Mengobati Tardive Dyskinesia

Pengobatan tardive dyskinesia harus dikonsultasikan terlebih dahulu dengan dokter. Apabila dokter mendiagnosa bahwa gejala yang dialami pasien disebabkan oleh obat antipsikotik, pasien akan diminta untuk berhenti mengonsumsi obat tersebut atau menurunkan dosisnya. 

Ada dua jenis obat-obatan yang disetujui aman dikonsumsi dan bisa menyembuhkan gejala tardive dyskinesia, yaitu:

  • Deutetrabenazine 
  • Valbenazine

Kedua obat di atas bekerja dengan cara serupa untuk mengatur jumlah aliran dopamin di area otak yang mengontrol jenis gerakan tertentu. Obat ini memiliki potensi menyebabkan kantuk. 

Dalam beberapa kasus, obat yang saat ini dipercaya paling ampung menyembuhkan tardive dyskinesia adalah antipsikotik clozapine.

Selain itu, beberapa obat-obatan alami juga bisa membantu mengobati tardive dyskinesia, seperti: 

  • Gingko biloba
  • Melatonin
  • Vitamin B6
  • Vitamin E

Sebelum mengonsumsi obat, pastikan untuk selalu berkonsultasi pada dokter terlebih dahulu. Hal ini disebabkan tidak semua jenis obat cocok untuk dikonsumsi oleh seluruh pasien dengan gejala serupa. Penting bagi pasien untuk memastikan jenis obat-obatan yang sesuai dengan kondisi kesehatan dirinya pada dokter. 

Estimasi Biaya Pengobatan Tardive Dyskinesia

Tardive dyskinesia memiliki biaya pengobatan yang beragam. Penentuan biaya pengobatan tardive dyskinesia dilakukan dengan memperhatikan gejala dan riwayat kesehatan pasien.

Mencegah Tardive Dyskinesia

Tardive dyskinesia dapat menyerang orang dalam golongan tertentu. Faktor resiko tardive dyskinesia antara lain:

  • Wanita yang sudah menopause.
  • Wanita di atas usia 55 tahun.
  • Penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan.
  • Berlatar belakang Afrika, Amerika, atau Asia.

Untuk mencegah terserang tardive dyskinesia, pasien dengan gangguan kesehatan mental bisa memastikan terlebih dahulu efek samping dari obat yang dikonsumsi kepada dokter. Pastikan untuk mengonsumsi obat tersebut dalam batas wajar untuk mencegah terkena efek samping berlebihan. 

Saat tubuh terasa mengalami pergerakan dengan yang tidak semestinya, segera konsultasikan pada dokter sebelum gejala semakin memburuk. Pastikan bahwa gejala tersebut memang gejala tardive dyskinesia atau bukan. 

Rutin melakukan pemeriksaan setidaknya satu tahun sekali untuk memperhatikan efek samping dari obat antipsikotik yang dikonsumsi terhadap tubuh. Pemeriksaan secara berkala dapat membantu mencegah gejala tardive dyskinesia semakin memburuk.

Bagi golongan faktor resiko, hindari penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan. Konsumsi alkohol dan obat-obatan secara berlebihan dapat memicu gejala tardive dyskinesia. 

Bagi wanita di atas usia 55 tahun atau yang sudah menopause, pastikan untuk melakukan pemeriksaan secara rutin guna menjaga kesehatan tubuh dan mencegah terserang gejala tardive dyskinesia. 

Perawatan Pasien Tardive Dyskinesia di Rumah

Secara umum, gejala tardive dyskinesia dapat diobati di rumah tanpa harus melakukan prosedur rawat inap di rumah sakit. Perawatan dilakukan dengan mengonsumsi obat sesuai dengan anjuran dokter. 

Konsumsi obat antipsikotik sesuai dengan dosis yang diberikan dokter. Pasien sebaiknya tidak berhenti mengonsumsi obat atau mengubah dosis sesuai takaran pribadi tanpa berkonsultasi pada dokter terlebih dahulu. 

Saat gejala tidak kunjung membaik, segera konsultasikan kembali pada dokter untuk menentukan obat apa yang perlu dikonsumsi. Hindari menunda jadwal konsultasi. 

Hentikan kebiasaan merokok dan berusahalah untuk menghindar dari paparan asap rokok. Kurangi juga jumlah konsumsi alkohol karena dapat memicu gejala tardive dyskinesia yang dialami semakin memburuk. 

Sebarkan info ini:

Tinggalkan komentar